in ,

Pameran Maket Jogja Street Sculpture Project #3 Diikuti Pematung Indonesia dan Malaysia

gnews piknikdong
Bagikan:

Asosiasi Pematung Indonesia (API) bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan Pameran Maket Jogja Street Sculpture Project (JSSP) #3 dengan tajuk Pasir Bawono Wukir.

Pameran diadakan dari tanggal 17-23 Oktober 2019 bertempat di Galeri Tiforti Art Space dan diikuti 33 pematung dari Indonesia dan Malaysia.

Pembukaan Pameran Maket JSSP #3 oleh, Aris Eko Nugroho, Sp., M.Si selaku Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta
Pembukaan Pameran Maket JSSP #3 oleh  Aris Eko Nugroho, Sp., M.Si, Kepala Dinas Kebudayaan DIY

JSSP adalah proyek seni patung di ruang publik  yang hadir sebagai bentuk kontribusi pematung atas perkembangan dinamika ruang hidup masyarakat. Proyek ini menjadi platform intervensi artistik yang bukan semata menambah keindahan ruang, namun juga diikhtiarkan sebagai medium pemantik kesadaran masyarakat akan dinamika sosial yang terjadi.

Gagasan-gagasan kontemporer dalam JSSP secara sadar telah memproduksi generator kreativitas bagi tumbuhnya berbagai persepsi publik yang cerdas terhadap ruang hidupnya. Lahirnya kesegaran interpretasi kreatif ini menjadi passion bagi JSSP untuk merevitalisasi peran strategis ruang publik sebagai laboratorium seni dan kreativitas.

“Kami ingin menjadikan Yogyakarta kota berbudaya, salah satunya dengan patung.

Dengan memamerkan patung di tiga tempat berbeda yaitu Bantul, Kota Yogyakarta, dan Sleman, kami mencoba agar patung itu masuk ke masyarakat.

Kegiatan JSSP #3 akan melibatkan pemuda, perangkat desa, dan masyarakat setempat.

Agenda JSSP #3 akan diisi sejumlah kegiatan seperti pameran maket, pameran utama, dan seminar.

Diskusi, diskusi tidak hanya soal karya, tetapi juga soal branding wisata melalui patung-patung, workshop edukasi pada masyarakat soal pembuatan dan marketing merchandise.

JSSP tour kamisan, JSSP performing art ruang publik, aneka lomba, melalui JSSP #3 kami ingin memasyarakatkan patung, menggabungkan budaya dan wisata,”

Papar Rosanto Bima Pratama, S.Sn., selaku organizing comitte.

Aris Eko Nugroho, Sp., M.Si selaku Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta
Aris Eko Nugroho, Sp., M.Si, selaku Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta

Aris Eko Nugroho, Sp., M.Si selaku Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkapkan bahwa JSSP merupakan bagian dari program dinas kebudayaan provinsi DIY menggunakan dana keistimewaan.

[artikel number=3 tag=”event”]

Pemerintah daerah tidak bisa bekerja sendiri dalam rangka mengembangkan kebudayaan, maka itulah bermitra dengan API. Kegiatan JSSP sudah memasuki ketiga kalinya, diadakan tiap dua tahun sekali, kami berharap kegiatan kebudayaan di Yogyakarta bisa terlaksana dengan tertata dan konsisten.

“Pameran maket sangat penting, pameran maket bertujuan untuk menakar kreativitas para seniman, sejauh mana hasil patung orisinalnya nanti.

Tema Pasir Bawono Wukir lumayan berat bagi pematung sebab harus merespon garis filosofis Yogyakarta dari selatan, tengah, dan utara.

Dari 170-an anggota API terdapat 61 anggota yang mengikuti JSSP #3, baik secara individu maupun kolaborasi,”

Ujar RM. Suarsono, B. FA., ketua umum API.

Kurator JSSP terdiri dari tiga orang yaitu, Kris Budiman, Eko Prawoto, dan Soewardi. Mereka bertiga meramu konsep kuratorial dan diterjemahkan para pematung JSSP. Seleksi diperuntukkan bagi anggota API yang sifatnya nasional. JSSP #3 turut mengundang empat pematung dari Malaysia.

Press Conference JSSP 3, Image By : Official JSSp #3
Press Conference JSSP 3, Image By : Official JSSp #3

Kris Budiman dalam press conference mengatakan kerja kurasi pemeran JSSP #3 membawa konsep yang tidak main-main sebab berangkat dari garis filosofis Yogyakarta. Titik-titik penting dalam klasifikasi simbolik ruang kota Yogyakarta. Kemudian diterjemahkan dalam sebuah judul Pasir Bawono Wukir yang bersifat global.

Sedangkan Eko Prawoto menyampaikan bahwa JSSP #3 berupaya membawa dan menerapkan nilai-nilai dan mengomunikasikannya dengan masyarakat. Diharapkan menjadi pemicu dan merespons proses berkarya. Patung-patung tiga dimensi mengisi ruang-ruang kreatif yang telah disediakan.

“JSSP merupakan kegiatan pameran patung publik, jadi berada di luar ruang, bukan di galeri.

Kami berharap setiap pematung anggota asosiasi datang ke Yogyakarta untuk meninjau ruang bagi karya mereka.

Mereka tidak hanya merespon dari  konsep tema Pasir Buwono Wukir tapi sekaligus karyanya bisa merespon ruang-ruang yang ada di Yogyakarta,”

Harap Soewardi.

Kekuatan Gunung Merapi, Laut Selatan dan Keraton dalam konteks ruang memengaruhi dinamika alam dan sosial. Penekanan tafsir garis imajiner bukan hanya ruang namun juga pada imajinasi.

Imajinasi sosial dalam konteks kekinian yang mewarnai perilaku masyarakat plural. Banyak poros baru yang sekarang sangat majemuk. Keberanian mendefinisikan kembali poros imajiner klasik, memberi tafsir baru dan kontekstual. Peran pematung sangat penting untuk mewujudkan konsep karya yang terintegrasi dengan lingkungan.

“Yang membedakan JSSP #3 dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu melibatkan tiga tempat yang menjadi garis imajiner Yogyakarta.

Patung tidak hanya diletakkan di suatu tempat, namun diharapkan mampu menciptakan efek keberlangsungan dan kegunaan bagi masyarakat.

Misalnya, jika nanti patung berada di area Gumuk Pasir mampu menunjang daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke lokasi tersebut.

JSSP juga mengadakan workshop dan diskusi agar wawasan masyarakat sekitar juga bertambah, terutama di lokasi Gumuk Pasir dan Gunung Merapi.

Banyak Seniman yang tergabung di API juga pelaku usaha.

Edukasi yang akan diberikan seperti branding dan marketing bagi masyarakat sekitar untuk membuat merchandise khas daerah masing-masing,”

Tegas Rosanto Bima Pratama, S.Sn.

Hasil karya para pematung ini, diharapkan dapat menelusuri kembali kemungkinan poros-poros baru dan dapat menjembatani keterbatasan serta kepedulian sosial dalam merespons ruang.

Melahirkan tantangan untuk proses interaksi penonton dalam memberikan respons terhadap konsep karya, lokasi dan dampak sosial. Merangsang seniman dalam mengeksplorasi gagasan, material, dan karakteristik ruang. Memberi harapan akan kebaruan dari partisipan bagi seni patung Indonesia.

Seberapa menarik artikel ini?

Klik bintang untuk memberi vote.

Penilaian rata-rata 5 / 5. Jumlah 7

Jadilah yang pertama memberi peringkat disini.

Kami mohon maaf karena posting ini tidak berguna untuk Anda

Biarkan kami memperbaiki pos ini

Beri tahu kami bagaimana kami dapat memperbaiki pos ini?

Yuk gabung channel whatsapp Piknikdong.com untuk mendapatkan info terbaru tentang Wisata, Kuliner, Resep, Event, Musik, Viral, Tips dan hal menarik lainnya. Klik di sini (JOIN)

Penulis : Redaksi

Mengulas tentang ragam informasi menarik yang sedang trending saat ini secara detail dan berdasarkan fakta.