Performing Art digelar di Titik Nol Yogyakarta pada 24 November 2019 kemarin. Hal ini untuk merespons patung-patung dan memeriahkan Jogja Street Sculpture Project #3 (JSSP #3).
Nares, Indhi, Noval, Ciang Lie, Andi, Andika, Fahri, dan Ame dari Kontramo terlibat dalam pentas tersebut.
Berbagai konsep Performing art yang sangat menarik ditampilkan di Titik Nol Yogyakarta seperti :- Perfoming Art Ada merespons patung Selaras karya kelompok Cahya (Agus Widodo, Yani Sastranegara, Cyca Leonita, Henry Kresna).
- Pencarian merespons patung Hajar As’ad karya Ahmad Chotib Fauzi Sa’ad.
- Pill Pus dan Degup merespons patung Melting Pot karya Hilman Syafriadi.
- Resah merespons patung Nostalgia Udara Kota karya kelompok Klinik Art Studio (Indra Lesmana, Bio Andaru, Agung Qurniawan).
- Dagelan merespons patung kaca M A T A karya Win Dwi Laksono, dan
- Come True merespons patung Pink Forest karya Saharuddin Supar.
Pengunjung yang datang ke Titik Nol Kilometer terlihat asyik berswafoto bersama patung-patung yang ada dan menyaksikan performing art.
Ida yang berasal dari Lamongan menuturkan penampilan performing art heboh dan menghibur, ia berharap Yogyakarta semakin lebih istimewa dengan adanya patung-patung JSSP #3.Tidak hanya itu, ada juga Firnanda asal Solo yang sedang liburan, menilai penampilan performing art, terutama musiknya sangat menarik dan seolah menciptakan kesan hidup bagi patung-patung yang ada.
[artikel number=3 tag=”news”]Kontramo adalah kelompok seni yang mempelajari tari-tarian, drama, dan musik noice.
“Kami mempersiapkan performing art selama dua hari dan alhamdulillah teman-teman Kontramo cepat memahami patung-patung di JSSP #3 berkat deskripsi gagasan patung dan penjelasan dari panitia.
Kontramo mengolaborasi musik, tari, drama dalam performing art agar muncul kesan dramatik dari patung-patung yang dipamerkan,”
Ujar Indhi anggota Kontramo.
“Saya sudah melihat semua patung-patung yang dipamerkan di Titik Nol Kilometer.
Semoga Yogyakarta sebagai kota budaya bisa lebih dikenal oleh wisatawan dan semoga JSSP #3 bisa mewujudkan itu lewat karya-karya patung yang dipamerkan,”
Tutur Mia yang merupakan warga asli Yogyakarta.
Kontramo berharap program JSSP selanjutnya bisa memamerkan patung-patung yang lebih banyak lagi dan mencakup wilayah se-Yogyakarta sehingga bisa dilihat oleh berbagai lapisan masyarakat dan mampu meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke Yogyakarta.